SURABAYA BISING.COM: Surabaya Hard Core,
SBHC #7 di GSG (Gedung Serba Guna) UNAIR, acara komunitas Khusus Musisi
yang berGenrekan Hard Core yang ke tujuh di Surabaya, dengan Guest Star
Band dari Negara Belanda/ Netherland yaitu “No Turning Back”.
HARD CORE adalah istilah generik yang
digunakan untuk menggambarkan sesuatu yang lebih ekstrem daripada versi
biasanya, Begitupun Dalam Musik hardcore – beberapa jenis musik (tidak
berhubungan satu sama lain). Ada yang menamakan Hard Core punk adalah
subgenre dari punk rock, kadang dianggap berhubungan dengan musik heavy
metal, kemudian ada hard Core techno adalah subgenre dari techno yang
berhubungan erat dengan gaya Gabba, dan termasuk Happy hard core, dan
juga hard core hip hop adalah subgenre dari hip hop yang berciri khas
lirik konfrontasional dan irama yang keras akan teteapi masih jarang
dipakai dalam sebuah komunitas musik.
Dan yang sedang ramai di Surabaya adalah
Genre Hardcore punk (kadang-kadang disebut Hardcore saja) merupakan
salah satu subgenre dari punk rock yang berasal dari Amerika Utara dan
UK diakhir tahun 1970-an Sound baru ini yang merupakan ciri khas
musiknya secara umum yaitu: suara gitar yang lebih tebal, berat dan
cepat dari musik punk rock awal. Tipikal lagu biasanya sangat pendek,
cepat dan keras, selalu membawakan lagu tentang politik, kebebasan
berpendapat, kekerasan, pengasingan diri dari sosial, straight edge
perang dan tentang sub-kultur hardcore itu sendiri.
Musik Hardcore sudah eksis di Indonesia
pada tahun akhir 1980-an. Dengan fenomena yang ada menyebabkan sebagian
dari punker mulai melahirkan scene-scene hardcore punk. Sehingga musik
hardcore di Indonesia sangat kental dengan warna punk. Dikarenakan masih
sangat sedikitnya scene hardcore maka scene terbagi
menjadi dua kaum, yaitu kaum individu yang lebih suka menikmati musik
hardcore dengan sosialisasi yang secukupnya dan kaum yang sangat suka
bersosialisasi (membaur dengan komunitas punk). Hal ini terjadi sampai
sekitar pertengahan tahun 1990-an. Tahun 90-an bisa dibilang tahun musik
hardcore di Indonesia dan puncaknya pada akhir tahun 1990 ditandai
dengan mulainya pertunjukan-pertunjukan di berbagai tempat menampilkan
100% band hardcore (yang sebelumnya selalu mencampur dengan band punk)
dan kemudian musik hardcore mulai membaur dengan melodicore.
Dengan semakin banyaknya band hardcore
bersamaan pula munculnya records D.I.Y (Do It Yourself) yang menyalurkan
kreatifitas band dengan usaha sendiri atau lebih tepat di sebut Indie.
Di Indonesia kota Surabaya adalah kota yang memiliki banyak band
hardcore, untuk di kota lain umumnya hardcore dibawa dan berkembang dari
individu anak Surabaya yang kuliah di luar kota ataupun bekerja.
Sidoarjo juga memiliki beberapa grup musik hardcore yang mayoritas
mengusung oldschool hardcore punk serta di daerah Menteng Jakarta Pusat
yang dikenal dengan Taman Suropati banyak band-band pengusung hardcore
punk. Setelah era oldschool, hardcore amerika, hardcore oldscholl eropa ke newschool
maka dimulailah hardcore yang didominasi dengan musik lebih kental
musik metalnya seperti Jumbo-Jet bahkan emo, hingga saat ini (tahun
2000-an).
Dan Asal mula Metal Hard Core di
Indonesia berdiri dari Embrio kelahiran scene musik rock underground di
Indonesia sulit di lepaskan dari evolusi rocker-rocker pionir era 70-an
sebagai pendahulunya.Sebut saja misalnya God Bless, Gang Pegangsaan,
Gypsy (Jakarta), Giant Step, Super Kid (Bandung), Terncem (Solo),
AKA/SAS (Surabaya), Bentoel (Malang) hingga Rawe Rontek dari Banten.
Mereka inilah generasi pertama rocker Indonesia.
Istilah underground sendiri sebenarnya
sudah digunakan itu untuk mengidentifikasi band-band yang memainkan
musik keras dengan gaya yang lebih ‘liar’ dan ‘ekstrem’ untuk ukuran
jamannya. Tradisi yang kontra produktif ini kemudian mencatat sejarah
namanya sempat mengharum di pentas nasional seperti Rock’in Solo
beberapa Bulan yang lalu. Di Jakarta sendiri komunitas metal pertama
kali tampil di depan publik pada awal tahun 1988. Komunitas anak metal
(saat itu istilah underground belum populer) ini biasa hang out di Pid
Pub, sebuah pub kecil di kawasan pertokoan Pondok Indah, Jakarta
Selatan. diberi kesempatan untuk bisa manggung di sana. Setiap malam
minggu biasanya selalu ada live show dari band-band baru di Pid Pub dan
kebanyakan band-band tersebut mengusung musik rock atau metal. Band-band
yang sering hang out di scene Pid Pub ini antara lain Roxx (Metallica
& Anthrax), Sucker Head (Kreator & Sepultura), Commotion Of
Resources (Exodus), Painfull Death, Rotor (Kreator), Razzle (GN’R),
Parau (DRI & MOD), Jenazah, Mortus hingga AlienScream (Obituary).
Beberapa band diatas pada perjalanan berikutnya banyak yang membelah
diri menjadi band-band baru. Commotion Of Resources adalah cikal bakal
band gothic metal Getah, sedangkan Paraua dalah embrio band death metal
lawas Alien Scream. Selain Pid Pub, venue alternatif tempat band-band
rock underground manggung pada masa itu adalah Black Hole dan restoran
Manari Open Air di Museum Satria Mandala (cikal bakal Poster Café). Dari
sedemikian panjangnya perjalanan rock underground di tanah air,
Aktifitas mereka selain hang out adalah
bertukar informasi tentang band-band lokal dan internasional, barter CD,
jual-beli t-shirt metal hingga merencanakan pengorganisiran konser.
Sebagian lagi yang lainnya memilih hang out di basement Blok Mall yang
kebetulan letaknya berada di bawah tanah. Pada era ini hype musik metal
yang masif digandrungi adalah subgenre yang makin ekstrem yaitu death
metal, brutal death metal, grindcore, black metal hingga gothic/ doom
metal. “Sukses buat Hard Core Surabaya singkat Baron sang vokalis Step
In The Heart Band yang juga meramaikan acara SBHC #7 saat bertemu
Surabayabising.com.